Review Buku, Laut Bercerita
- Arp 01
- Mar 9, 2019
- 2 min read
“Kelas Literasi Arumpone” demikian kami menyebutnya, sebagai sebuah sarana untuk menyalurkan minat membaca dan menulis setiap anggota.
“Laut Bercerita” sebuah buku yang dikarang oleh Leila S. Chudori menjadi novel pilihan Saudari Nurhidayanti yang menjadi pemantik pada kelas literasi malam ini. Nurhidayanti yang kerap disapa Ati, membuka diskusi dan mulai mereview novel setebal 389 halaman ini.
Ati memulai review dengan menunjukkan sebuah buku dengan warna biru yang mendominasi pada sampulnya. Ia kemudian melanjutkan dengan menyebut satu persatu tokoh-tokoh yang ada dalam novelini.
Pertama, Ia memperkenalkan Biru Laut, tokoh utama Laut Bercerita. Selanjutnya Ati mengajak kitaberkenalan dengan Asmara Jati, tokoh Ayah, Ibu, teman-teman Biru Laut, dan tokoh-tokoh lainnya.
Biru Laut, adalah karakter yang digambarkan sebagai seorang aktivis yang gemar membaca dan kritis. Laut gemar melakukan diskusi bersama temannya, bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa kritis lain dari Yogyakarta dan berdiskusi mengenai sosial-politik, yang menyebabkannya tiba-tiba saja tergabung dalam organisasi antarkampus yang membuatnya menjadi buronan pemerintah.
Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dari sebuah rusun di Jakarta, Laut disergap oleh empat lelaki tak dikenal dan dibawa ke sebuah tempat yang asing. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Pada bagian pertama novel ini menggunakan sudut pandang Laut, sedangkan pada bagian kedua, cerita dikembangkan dengan sudut pandang Asmara Jati, adik laut yang sangat terpukul karena kehilangan sosok kakak dalam hidupnya. Tidak hanya itu, Asmara juga seakan kehilangan keduaorang tuanya yang larut dalam kesedihan karena hilangnya Laut.
Asmara Jati beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka.
Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
Dalam novel ini, Leila mengajak kita untuk menolak lupa pada kasus penghilangan orang secara paksa. Dari balik keriuhan dan kompleksnya peristiwa tahun 1998, Leila menyusun sebuah fiksi historis yang mempersempit sudut pandang pembaca menjadi lebih sederhana dengan peristiwa yang menyentuh sisi
kemanusiaan.
Usai mengajak kita menyelami cerita “Laut Bercerita”, Ati memulai sesi diskusi dengan memersilahkan kepada peserta forum yang jumlahnya puluhan ini untuk berpendapat atau bertanya saja sekiranya belum punya pendapat atau tak berani menyuarakan pendapatnya. Nurhidayanti berhasil membuat suasana forum menjadi lebih hidup dan keingintahuan peserta forum semakin meningkat.
Setelah forum yang berlangsung sekitar 3 jam ini selesai, beberapa peserta hendak meminjam buku Laut Bercerita ini kepada Ati.

Comments